Kontak Batinku dengan Amak (Ibu)
Sahabat saya sedang mengembalikan buku-buku yang dipinjamnya pada pustakawan. Sekembalinya, ia menunjukkan beberapa buku tentang positif thinking dan kekuatan pikiran. Namun saya hanya mengiyakan dan sibuk memutar-mutar globe yang ada di meja tempat kami duduk, saya bertanya padanya, dimana ya korea. Jauh ga dari Aceh, pengen kali aku kesana. Hahaha katanya sembari tertawa, carilah tu. Tu aja gak tau..hahaha tawanya sembari berlalu mencari buku-buku di rak. Saya pun kembali menatap laptop, mencari beberapa tempat yang bagus di korea pada google map. Setibanya sahabat saya, mata saya yang memang agak besar ini terbelalak dan heran ketika melihatnya menunjukkan buku mengenai Character Building. Saya pun membuka halaman demi halaman. Saya mengatakan padanya, aku suka buka ni..ambel lah buat aku..Ambel aja sendiri, tuh banyak.. Kemudian saya mengajaknya kembali ke kampus, dan saya pun memutuskan untuk meminjam buku yang sama dengannya. Kami memiliki kelas sampai dengan pukul 18.00, agak lelah begitu tiba di rumah lantunan ayat suci Al-Qur’an sudah menggema di mesjid. Pertanda shalat magrib akan tiba. Selepas shalat magrib, saya menerima sms dari sahabat saya, “coba baca buku character building tadi, halaman 118”. Saya pun merasa penasaran dan membaca judulnya, “Kembali ke Fitrah sebagai Jalan Menemukan Jati Diri”. Saya pun terus membaca pada barisan pertama, "Berawal dari ’Aljanatu tahta aqdamil umahat’. Artinya surga di bawah telapak kaki Ibu. Airmata saya mulai berlinang. Buku ini menjelaskan bahwa fitrah seseorang dalam rangka menemukan jati dirinya adalah kembali melihat hakikat batin kehidupan.
Pada saat kita bayi, hubungan batin antara Ibu dan diri kita menyatu, dan tidak dapat dipisahkan. Saat kita sudah dewasa, sadar ataupun tidak kita telah membuat Ibu kita kesal, jengkel, dan berbuat dosa terhadap Ibu kita. Sekalipun bukan dosa yang besar, namun jika hal itu sudah sering dilakukan akan membuat Ibu sakit hati dan mulai menumpuk. Pada bacaan paragraf ketiga ini saya sudah banjir airmata, betapa tidak..terlalu sering Amak (panggilan sayang saya dan abang untuk mamak) menegur untuk tidak malas belajar, jaga kesehatan, jangan minum es nanti demam lagi, jangan makan pedas dan minum kopi nanti kambuh maagnya. Namun saya hanya mengiyakan dan menganggap Amak tak marah. Namun setiba saya di rumah semalam diantar oleh abang, mak..adek saket ni..makanya pulang.. Amak menjawab, nanti udah gak sanggup pergi pagi-pagi dari sini, kan rumah kita jauh nak dari kampus adek.
Saya pun mengiyakan dan bilang, adek saket ni mak..demam..flu..dingin lagi.. Amak pun mengatakan, waktu sehat mamak bilang jangan minum es gak dengar, sekarang udah saket mau gimana.. Saya pun teringat akan masa saya di taman kanak-kanak, nasehat seperti ini telah ku dengar selama 17 tahun, saya masuk TK pada umur 4 tahun. Ketika membaca di buku ini, saya teringat bahwa mungkin sakit hati Ibu saya sudah menumpuk juga. Pada buku ini dijelaskan bahwa dosa-dosa semacam inilah yang menyebabkan jarak dan rintangan bahkan menjauhkan hubungan batin antara anak dan Ibunya. Astaghfirullahal’adzim, Alhamdulillah Amak masih terasa tidak enak perasaan saat saya sakit, walaupun saya tak memberitahunya. Namun, pada buku ini dijelaskan bahwa untuk menyatukan kembali tali batin antara anak dan Ibu diperlukan keyakinan dan cara, yaitu:
Saya pun mengiyakan dan bilang, adek saket ni mak..demam..flu..dingin lagi.. Amak pun mengatakan, waktu sehat mamak bilang jangan minum es gak dengar, sekarang udah saket mau gimana.. Saya pun teringat akan masa saya di taman kanak-kanak, nasehat seperti ini telah ku dengar selama 17 tahun, saya masuk TK pada umur 4 tahun. Ketika membaca di buku ini, saya teringat bahwa mungkin sakit hati Ibu saya sudah menumpuk juga. Pada buku ini dijelaskan bahwa dosa-dosa semacam inilah yang menyebabkan jarak dan rintangan bahkan menjauhkan hubungan batin antara anak dan Ibunya. Astaghfirullahal’adzim, Alhamdulillah Amak masih terasa tidak enak perasaan saat saya sakit, walaupun saya tak memberitahunya. Namun, pada buku ini dijelaskan bahwa untuk menyatukan kembali tali batin antara anak dan Ibu diperlukan keyakinan dan cara, yaitu:
- Usahakan pada malam Jum’at, kira-kira jam 22.00 duduk berduaan dengan sang Ibu di tempat yang agak sepi dan hening.
- Selanjutnya, si anak mengambil air secukupnya dan dimasukkan ke dalam baskom. Mohonlah maaf dan izin dari sang Ibu untuk merendamkan kedua kaki ibunya disana sambil membaca “Aljanatu tahta aqdamil umaha” sebanyak tiga kali.
- Selanjutnya, bersimpuhlah di pangkuan sang ibu dengan mengucapkan: “Ibu, mulai saat ini tolong ikhlaskan dan ampuni dosa Ananda lahir maupun batin karena Ananda menyadari kesalahan dan dosa yang Ananda perbuat terhadap Ibunda. Lakukanlah dengan setulus mungkin. Jika ingin lebih menyentuh, baik juga dilakukan sambil menangis.
- Utarakan apabila si anak punya cita-cita ataupun permasalahan, mohonlah doa restu.
- Setelah itu, berdoalah dengan membaca “Allahummaghfirli wali walidayya warhamhuma kama rabbayani saghira”.
Kemudian, pada buku ini ditegaskan bahwa apabila hal itu sudah dilakukan dengan tulus, sejak saat itu ibunda pasti akan mengampuni semua dosa si anak dan pasti tali hubungan batin kembali menyatu, seperti saat masih bayi. Insya Allah. Di sinilah fitrah si anak ditemukan kembali, artinya jati diri si anak telah kembali. Mulai saat itu, si ibu pasti akan mendoakan kembali anaknya dengan ikhlas tanpa ada ganjalan (hati ibunya pun sudah bersih kembali).
Sumber: Pixabay |
Dengan begitu, janganlah berbuat dosa kepada ibu maupun sesama umat dan manusia lainnya. Insya Allah, kehidupan si anak akan menemui ketenangan dan dilapangkan jalan kehidupannya.
Buku Character Building yang ditulis Bapak H.Soemarno Soedarsono ini sangat membuka mata saya, buku ini pun saya tutup dan saya kembali ke niat awal saya untuk mengaji. Pada saat mengaji pun saya masih menangis, bagaimana jika saya tak sempat membahagiakan Amak saya karena saya sudah duluan kembali pada Allah..Teringat kembali bagaimana wajah Amak takut kehilangan saya pada saat tsunami tahun 2004 dan saya kecelakaan tabrak lari tahun 2007. Ia pun menangis melihat saya tenggelam diantara kios PS. Sayup-sayup terdengar suara amak mengatakan, “ka meuratep aneuk lon”..Bagaimanapun sakit hatinya Ibu kepada kita, beliau tidak akan pernah dendam..bahkan akan selalu mencintai kita dan mendoakan kita dimanapun kita berada..
Banda Aceh, 27 Maret 2012 Pukul 20.40 WIB.
Mantap..
ReplyDeleteBoleh tau gak, siapa sahabatnya itu, kenalin donk....