Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tidak Sulit jadi Orang Baik

Ini merupakan postingan yang saya tulis sambil melihat kejadiannya secara langsung, tepat di hadapan saya yang duduk disini sendiri (sembari menunggu suami menjemput). Meskipun saat itu postingan ini tidak langsung saya publish, tapi saya memilih untuk menyimpannya di draft blogger, karena saat itu tulisannya masih berupa cerita inti, belum saya jabarkan dengan jelas secara keseluruhan.

Pagi ini pukul 09.07 WIB, tanggal 19 Desember 2019, di sebuah warung kopi langganan kami di Kota Banda Aceh, datanglah seorang ibu-ibu yang sudah sepuh, beliau membawa sebuah wadah di tangannya (tampak seperti timba mini, untuk mengumpulkan sedekah dari orang-orang yang menunjukkan belas kasihan).

Kemudian, Ibu ini mendatangi meja seorang Bapak yang letaknya tak jauh dari tempat saya duduk. Ketika beliau menghampiri meja tersebut, beliau mengucapkan salam, "Assalamu'alaikum", belum sempat beliau menyodorkan timba mini miliknya, Bapak ini langsung menawarkan beliau untuk duduk satu meja dengannya. Bapak tersebut berbicara dalam bahasa Aceh (saya kurang bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan karena warung kopi ini terletak tepat di pinggir jalan raya, sehingga suara kendaraan lumayan riuh), intinya Bapak ini menawarkan beliau untuk memakan kue-kue khas Aceh yang enak-enak dan in Shaa Allah mengenyangkan.

Bapak ini sepertinya sedang istirahat sebentar dari pekerjaannya (tenang, beliau tidak berseragam PNS, jiwa nyinyir jangan bergejolak dulu ya gaes, wkwk bercanda, karena tidak mungkin bisa orang-orang berseragam PNS duduk-duduk di warkop saat jam kerja, keburu ditangkap satpol PP yang saban hari rajin patroli dong, oke kembali ke topik).

Terlihat oleh mata saya, sebelum ibu-ibu tersebut datang, Bapak ini memesan secangkir sanger panas (kopi susu khas Aceh) dan memakan kue, kalau tidak salah lihat lagi, di tangan beliau memegangi smartphonenya, sepertinya memang sedang sangat sibuk.

Lalu, setelah menawarkan Ibu ini untuk duduk dan mempersilahkannya memakan kue-kue yang tersedia diatas meja, Bapak ini langsung memanggil staf di warung kopi untuk memesankan minuman. Tetap dengan bahasa Aceh, "mau minum apa"?, Ibu ini menjawab, "teh hangat".

Bapak ini mengajaknya mengobrol sebentar, lalu memanggil kembali staf warung kopi ini untuk membayar, dan sebelum beranjak pergi, beliau sepertinya mengatakan untuk melanjutkan makannya, dan sudah dibayarkan makanan dan minuman ibu ini, karena beliau sedang buru-buru harus kembali mengerjakan urusannya (karena suaranya tidak terdengar jelas, saya kembali hanya bisa mengamati dari gerakan tubuhnya saja).

Akan tetapi, saya kurang tahu, apakah Bapak ini juga memasukkan uang dari dompetnya ke dalam timba mini yang dimiliki si Ibu, setelah beliau membayar pada staf di warung kopi. Karena saya tidak bisa mengamatinya dengan mata terus menerus, tidak enak loh gaes, apalagi mata saya yang Maa Shaa Allah besar dan belok ini sering salah dikira orang, dikira ngajak berantem karena terlihat melotot.

Jadi, cara mengamatinya ya dengan sesekali melirik dan meneruskan mengetik tulisan ini di laptop, karena memang tepat di hadapan saya, pandangan lurus ke depan, tampaklah pemandangan mengharukan ini.

Kemudian, ketika saya masih mengetik, tiba-tiba saja Ibu ini sudah selesai makan, dan menghampiri meja di sebelahnya (mungkin karena saya keasikan terus mengetik dan tidak enak terus mengamati jadi saya tidak tersadar).

Seketika beliau menghampiri meja saya, beliau kembali mengucapkan salam. Saya menjawab salamnya, dan menangkupkan tangan memohon maaf. (Ini gimana sih, sudah nulis cerita panjang-panjang, eh dia sendiri tidak mau ngasih uangnya, ckck. Bukan begitu gaes, setelah menikah benda yang paling sering lupa saya bawa adalah dompet dan uang, mungkin dalam alam bawah sadar sudah tertanam, kan dibayarin oleh suami).

Jadilah waktu itu hati saya lumayan teriris-iris, lalu sadar, sudah tidak boleh terlalu santuy, tahun masehi 2019 sudah mau berganti menjadi tahun 2020, hari sudah begini, hidup masih begitu. Semoga semakin berkah rezeki ke depannya, dan Allah beri pekerjaan tetap sehingga ada lebih untuk mengisi ruang di dompet, Aamiin. Tuh kan malah curhat, duh Intan jangan curhat soal pribadi, wkwk. Jadi ingat nasihat seorang teman di statusnya, "daripada nulis status tentang kesulitan hidup, lebih baik nulis artikel Q1 sampai dengan Q4, atau artikel Sinta 1 maupun Sinta 2, jadi bisa menambah H- indeks". Sungguh itu lebih berfaedah kan gaes, pahala jariyah loh itu. Kalau saya, karena belum punya homebase, jadi artikel saya yang dipublikasi belum terlalu banyak (apabila teman-teman mau mampir boleh banget cek akun saya di google scholar, untuk melihat artikel hasil penelitian saya yang sudah dipublish.

Selain itu, mendingan saya menulis di blog ini daripada blog berbayar ini menganggur. Pun menulis banyak manfaatnya, termasuk stress release, mengurangi overthinking, dan yang paling penting, bisa menyampaikan hal yang tidak bisa disampaikan melalui lisan, dan semoga ada hikmahnya in Shaa Allah, bismillah :)

Baiklah kembali lagi ke topik, maafkan saya yang suka random cerita kesana kesini, beginilah kalau mengobrol dengan saya, atau beginilah jika saya sedang mengajar atau presentasi tanpa menggunakan ppt, suka random, mohon maaf sekali teman-teman sekalian.

Ternyata, dari cerita saya tentang Bapak tersebut diatas, tidak sulit menjadi orang baik. Beliau terlihat dari luar tampak biasa saja, apa yang beliau lakukan kepada Ibu yang sudah sepuh ini pun sederhana saja. Tapi, sedikit sekali yang terlihat mau peduli, meskipun hal sesederhana itu. Namun, Maa Shaa Allah, di muka bumi ini, Allah memberikan rizqi kepada hamba-hambaNya dari jalan yang tidak disangka-sangka.

Langit Senja di Suleymaniye Camii, Turki
Langit Senja di Suleymaniye Camii, Turki

Untuk kisah ini, Allah memberi rizqi kepada Ibu tersebut melalui seorang Bapak yang qadarullah sedang istirahat di warung kopi tersebut. Ibu ini keluar pagi-pagi mencari rizqi (dengan cara yang mungkin tidak diinginkannya), dan Allah memberi rizqi melalui Bapak ini, yang membaginya sarapan pagi. Mungkin, Ibu ini keluar rumah tanpa sempat meminum air segelaspun. Wallahu 'alam.

Jika Ibu tersebut sudah sepuh, kenapa di postingan ini saya menggunakan sebutan Ibu? Bukan dengan sebutan nenek? Entah mengapa, dari dulu dengan orang yang lebih tua, saya lebih nyaman memanggilnya dengan sebutan Ibu atau Bapak, bukan Kakek atau Nenek.

Tiba-tiba teringat kisah beberapa tahun lalu, saat saya dan suami masih berkuliah di kota Bandung. Saya kira, di kota besar seperti Bandung tidak ada yang peduli bila ada yang lemah lagi kekurangan. Ternyata saya salah.

Siang itu, saat ingin menyeberang jalan raya Bandung-Lembang di depan kampus kami (Universitas Pendidikan Indonesia), menuju kosan kami di Panorama (dari UPI ke Panorama dekat kok, bisa ditempuh dengan jalan kaki, hanya saja butuh menyebrang jalan raya yang padat).

Kami berdua melihat pemandangan tak asing tepat di depan kami. Seorang Bapak yang sudah sepuh, memikul dagangannya berupa sapu lidi dan perlengkapan lainnya yang tak tampak lagi dibayangan saya (sudah lama gaes jadi lupa, ini saja kisahnya seperti terputar ulang di pikiran saat melihat langsung kejadian di warung kopi).

Saat sesekali bersuara mempromosikan dagangannya, "sapu..sapu.." (dalam bahasa sunda), sambil jalan perlahan, dengan punggungnya yang bungkuk karena bawaan beratnya.

Tebak apa yang kami lihat setelahnya?

Seorang Akang yang masih muda (sepertinya karyawan di perusahaan, entahlah, dari pakaiannya cukup rapi, menggunakan kemeja lengan panjang yang polos serta celana bahan).

Kami melihat langsung tindakan Akang ini Maa Shaa Allah.

Dia berlari di depan kami, ternyata mengejar Bapak yang memikul dagangan sapu tersebut. Dia takut Bapaknya keburu menyeberang jalan.

Ternyata setelah bertemu si Bapak, Akang ini memberi sesuatu di tangan beliau, kalau orang yang tidak begitu memperhatikan malah mengiranya mereka sedang bersalaman.

Ternyata gaes, mereka bukan sedang salaman, Akang itu sedang membagi si Bapak rizqi dari Allah, melalui tangan Akang tersebut. Maa Shaa Allah.

Semoga ada hikmah yang bisa diambil dari potongan cerita saya diatas.

Hal yang mungkin sederhana bagi kita, namun luar biasa berkah bagi orang lain. Bahwa hidup tak selamanya tentang nominal angka yang bertengger di buku tabungan, tapi tentang rasa syukur pada Allah, hidup yang berkah, saling menolong dan berbuat baik pada sesama makhluk Allah.

Saya jadi teringat pesan Aa Gym pada jamaah yang selalu beliau ulang-ulang. Saat itu, 29 November 2018, Aa Gym menyampaikan, "berbuat baiklah karena Allah suka pada orang yang berbuat baik, supaya Allah ridha". Saat Aa Gym menyampaikan hal itu, karena tidak membawa buku dan pulpen, saya menulis dengan tangan saya di Quick Notes HP menggunakan stylus bawaan LG stylus 2 ini, dengan tujuan agar berbekas di kepala maupun di hati saya sampai kapanpun.

Berikut ini saya lampirkan beberapa ayat Al-Qur'an yang relatable dengan kisah ini, semoga dapat menjadi pengingat bagi diri kita semua, in Shaa Allah.

Q.S Al-Baqarah : 263

قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى ۗ وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Mahakaya, Maha Penyantun.

Q.S Al-Baqarah : 267

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ ۖ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيهِ إِلَّا أَنْ تُغْمِضُوا فِيهِ ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya, melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya, Maha Terpuji.

Q.S Al-Baqarah : 268

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ ۖ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu. Dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.

Q.S Al-Baqarah : 269

يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.

Q.S Al-Baqarah : 272

لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۗ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلِأَنْفُسِكُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُونَ إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Apa pun harta yang kamu infakkan, maka (kebaikannya) untuk dirimu sendiri. Dan janganlah kamu berinfak melainkan karena mencari rida Allah. Dan apa pun harta yang kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi (pahala) secara penuh dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).

Oleh karena itu, jangan tunggu kaya, jangan tunggu punya mobil, rumah, ataupun harta benda lain yang menunjukkan identitas 'sudah punya', untuk bisa bersedekah dan menjadi orang baik. Ketika ada kesempatan di depan mata, lakukanlah. Semampu kita, sebisa kita. Allah Maha Tahu kok isi hati hambaNya.

Semoga di luar sana masih banyak yang memiliki hati mulia seperti si Bapak di warung kopi, dan si Akang di jalan raya itu.

Dan semoga, mereka yang lemah secara harta, Allah beri mereka kuat secara iman.

Allah Maha Kaya Maha Pemberi rizqi. Yakinlah selalu pada Allah, bahwa Allah yang menjamin rizqi setiap hambaNya.

Untuk menunjukkan rasa syukur kita yang tak pernah Allah beri rasa kelaparan lagi kepedihan, caranya ada banyak, salah satunya adalah shalat tepat waktu, melakukan ibadah sunah, serta dzikrullah (mengingat Allah). Semoga Allah senantiasa menjaga diri kita dari hati yang lalai, perilaku tidak terpuji dan menyakiti sesama. Allahumma Aamiin.
Cut Intan Evtia Nurina
Cut Intan Evtia Nurina Masya Allah Tabarakallah, Pray and Fight for your Dreams

Post a Comment for "Tidak Sulit jadi Orang Baik"